Kumpulan artikel tentang ekonomi dan ilmu ekonomi serta akuntansi dan manajemen

Pengertian Sosiologi Ekonomi

    Pembahasan kali ini mengenai Pengertian Sosiologi Ekonomi. Apa itu Sosiologi Ekonomi? Untuk lebih jelasnya, pembahasan mengenai Pengertian Sosiologi Ekonomi yaitu sebagai berikut:

Pengertian Sosiologi Ekonomi

      Sosiologi ekonomi dapat didefinisikan dengan 2 cara. Pertama, sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.
    Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti diatas, maka sosiologi ekonomi mengkaji masyarakat, yang didalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam hubungannya dengan ekonomi. Hubungan dilihat dari sisi saling pengaruh-mempengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan dimana memproduksinya. Tuntunan tersebut biasanya berasal dari budaya, termasuk di dalamnya hukum dan agama. Dalam agama Islam, misalnya, orang boleh berternak Kambing karena Kambing dikategorikan makanan halal. Namun apabila seorang muslim/muslimah berternak Babi maka kegiatan tersebut dipandang sebagai perbuatan haram. Islam mengkategorikan Babi sebagai makanan haram, suatu makanan yang dilarang atau tidak dibolehkan untuk dikonsumsi. Di samping itu, jika seeokor Kambing disembelih tidak dengan atas nama Allah, yaitu tidak mengucapkan basmalah, maka makanan tersebut dipandang haram. Oleh sebab itu, untuk menjaga keyakinan agamanya, muslim/muslimah memerlukan kepastian halal haramnya suatu makanan, melalui label yang dapat dipertanggungjawabkan.
     Apabila belum cukup paham bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi, mari kita ambil contoh lain. Dalam berbusana, apakah kita bisa menggunakan semua jenis dan bentuk pakaian pada semua kesempatan? Tentunya tidak! Ketika ada kematian, kita menggunakan busana yang tidak menyolok mata seperti warna hitam atau putih misalnya, tetapi jelas tidak warna menyala seperti warna merah atau kuning. Jika hendak pergi ke kampus, kita tidak menggunakan pakaian renang, tetapi mengenakan busana biasa. Ketika akan menghadiri pesta perkawinan, orang tidak akan menggunakan kaos oblong atau daster, tetapi menggunakan batik bagi pria atau kebaya bagi perempuan misalnya. Dalam setiap masyarakat terdapat pola busana. Pola busana tersebut menjadi rujukan bagi anggota masyarakat untuk memilih warna, model, atau bahan apa yang tepat atau sepantasnya dikenakan untuk suatu momen tertentu dari kehidupan kita dalam masyarakat.
    Selanjutnya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat, yang di dalamnya ada proses interaksi sosial? Semua orang perlu mengkonsumsi pangan, sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Oleh sebab itu dia perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi salah satunya oleh kualitas, kuantitas, dan citra (image) dari apa yang (ingin) dikonsumsi. Untuk memenuhi pola konsumsi yang "gedongan", misalnya, seorang wanita harus berperan ganda yaitu sebagai mahasiswi dan pelacur padahal dia berasal dari keluarga miskin. Bekerja sebagai pelacur, secara ideal pada tataran normatif, tidak perlu dilakukan sebab pelacuran dinilai sebagai perbuatan tercela. Namun, karena kebutuhan pada pola konsumsi yang "gedongan" lebih tinggi skala prioritasnya dibandingkan dengan kebutuhan citra diri sebagai wanita yang tidak tercela maka jadilah dia memilih profesi sebagai mahasiswi pelacur.
    Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat, mari kita ambil ilustrasi lain. Pada saat sekarang, orang yang tinggal di wilayah perkotaan sedang menghadapi banjir iklan seperti agar "bahagia" maka beli mobil BMW, agar "modern" maka berumahlah di Citraland, agar cantik beli dan pakailah pemutih, agar tubuh harum beli Rexona, dan seterusnya. Banjir iklan tersebut tidak hanya menggenangi jalan-jalan tetapi juga telah masuk ke rumah bahkan sampai ke kamar tidur lewat media televisi dan radio. Kapan dan dimana saja kita mengalami banjir iklan. Tidak ada lagi tempat untuk menghindari dari iklan dan tidak ada lagi waktu yang tidak luput dari genangan iklan. Dengan kondisi seperti ini, dipastikan akan ada orang yang jadi korban iklan atau yang terpengaruh oleh iklan. Tetapi, tidak semua orang mampu memenuhi keinginan yang dipengaruhi oleh iklan dengan pendapatan sah yang diperoleh dari pekerjaannya. Apa yang terjadi jika seseorang dengan posisi dari pekerjaannya bisa memperoleh pendapatan tak sah untuk memenuhi keinginan yang dipengaruhi oleh iklan tersebut? Salah satu jawabannya adalah orang melakukan perbuatan korupsi. Jadi, salah satu penyebab perilaku koruptif adalah pola konsumsi, dalam hal ini dipengaruhi oleh iklan.
      Kedua, Sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena ekonomi. Dari definisi ini terdapat dua hal yang harus dijelaskan, yaitu pendekatan sosiologis dan fenomena ekonomi. Adapun dimaksud dengan pendekatan sosiologis adalah konsep-konsep, variabel-variabel, teori-teori, dan metode yang digunakan daam sosiologi untuk memhamai kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan ekonomi seperti produksi, konsumsi dan distribusi dan lainnya.
     Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Apa yang membedakan antara orang kebanyakan dan sosiolog (ahli sosiologi) ketika berdiskusi tentang masyarakat? Perbedaannya adalah terletak pada konsep yang digunakan. Orang kebanyakan menggunakan konsep sosial sedangkan sosiolog memakai konsep sosiologis. Apa beda antara keduanya? Konsep sosial adalah konsep keseharian yang digunakan untuk menunjuk sesuatu dan yang dipahami secara umum dalam suatu masyarakat. Sedangkan konsep sosiologis merupakan konsep yang digunakan sosiologi untuk menunjuk sesuatu dalam konteks akademik. Dalam dunia keseharian, orang kebanyakan mendiskusikan banyak hal tentang masyarakat di berbagai tempat misalnya di kedai, kopi, warung, tempat kerja ataupun di rumah. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, orang kebanyakan menggunakan konsep sosialisasi menunjuk pada pengertian sesuatu yang baru yang perlu diperkenalkan pada sekelompok orang yang belum tahu. Ketika ada suatu program baru tentang pengentasan kemiskinan yang sedang diperkenalkan, maka orang kebanyakan peristiwa tersebut sebagai sosialisasi program pengentasan kemiskinan. Sedangkan dalam dunia akademik, konsep sosialisasi, menunjuk pada suatu proses mempelajari nilai, norma, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam masyarakat. Disini terlihat terdapat perbedaan pengertian sosialisasi antara orang kebanyakan dan sosiolog.
    Selanjutnya, mari kita gunakan contoh perbedaan yang lain. Orang kebanyakan menemukan perbedaan posisi, peran dan perlakuan antar individu dan antar kelompok dalam suau komunitas. Dalam masyarakat tradisional Minangkabau, misalnya, mengenal konsep tingkatan untuk membedakan posisi, peran dan perlakuan terhadap seseorang. Dalam satu marga (fam/clan), masyarakat Minang mengenal konsep tingkatan kemanakan, yaitu tingkatan posisi, status dan perlakuan terhadap orang yang diayomi, diasuh atau dikuasai. Terdapat 3 tingkatan kemanakan dalam masyarakat Minangkabau, yaitu kemanakan di bawah dagu, kemanakan di bawah pusat dan kemanakan di bawah lutut. Kemanakan di bawah dagu merupakan kemanakan yang memiliki hubungan darah dengan pengayom. Kemanakan di bawah pusat menunjuk kemanakan yang datang dari daerah lain, biasanya satu marga dengan pengayom. Sedangkan kemanakan di bawah lutut adalah kemanakan yang berasal dari budak. Semakin tinggi posisi kemanakan, semakin baik perlakuan pengayom. Konsep tingkatan dalam masyarakat Minangkabau, oleh sosiolog dikenal dengan konsep stratifikasi sosial, yaitu penggolongan individu secara vertikal berdasarkan status yang dimilikinya.
    Dari dua contoh tentang konsep diatas, ternyata terdapat hal yang berbeda. Pertama, konsep yang sama, dalam hal ini konsep sosialisasi, memiliki pengertian atau definisi yang berbeda antara orang kebanyakan dan sosiolog. Kedua kenyataan atau peristiwa yang sama, dalam hal ini perbedaan kemanakan, digunakan konsep yang berbeda, yaitu tingkatan bagi orang Minangkabau dan stratifikasi sosial bagi sosiolog.
     Variabel adalah konsep akademik, termasuk sebagai konsep sosiologis, bukan konsep sosial. Variabel merupakan konsep yang memiliki variasi nilai. Stratifikasi sosial, misalnya dapat dikatakan sebagai variabel, karena stratifikasi sosial memiliki variasi nilai yaitu tinggi, menengah, dan bawah.
    Teori merupakan abstraksi dari kenyataan yang menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial. Ketika seseorang sosiolog melakukan pengamatan, ternyata terdapat perbedaan antara petani, pedagang, dan guru dalam mensosialisasikan anak-anak mereka. Melalui pengamatan dan wawancara dengan berbagai macam orang tua ternyata dia menemukan posisi dan status orang tua mempengaruhi anak-anak mereka dalam bersosialisasi. Maka sang sosiolog bisa mengabstraksikan kenyataan tersebut dengan kalimat sebagai berikut: "stratifikasi sosial orang tua akan mempengaruhi sosialisasi anak-anak mereka". Kalimat tersebut bisa dipandang sebagai teori.
    Teori dalam sosiolog telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Perkembangan teori dilihat dari teori yang dibangun oleh peneruka utam sosiologi seperti Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Georg Simmel, dan lainnya. Dari basis pandangan tokoh tersebut berkembang berbagai teori sosiologi modern seperti struktural fungsional, struktural konflik, teori interaksionisme simbolik, teori dramaturgi, dan teori pertukaran. Setelah itu berkembang pula teori post modern dan teori kritis. 
    Sedangkan metode sosiologi berkembang dalam penedekatan kualitatif dan kuantitatif yang meliputi metode survei, studi kasus, grounded research, dan sebagainya.
Pengertian Sosiologi Ekonomi
Sosiologi Ekonomi

     Selanjutnya yang dimaksud dengan fenomena ekonomi adalah gejala dari cara bagaimana orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka. Cara yang dimaksud disini adalah semua aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka. Secara lebih rinci, Swedberg (1987) mengusulkan hal apa yang dimaksudkan dengan fenomena ekonomi dan disajikan oleh Holton (1992:7)


Demikian pembahasan mengenai Pengertian Sosiologi Ekonomi. Semoga Pengertian Sosiologi Ekonomi bermanfaat bagi pembaca sekalian.
    
Pengertian Sosiologi Ekonomi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: ekonomisajalah

0 komentar:

Post a Comment