Kumpulan artikel tentang ekonomi dan ilmu ekonomi serta akuntansi dan manajemen

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi: Ekonomi dan Nonekonomi

      Pembahasan kali ini mengenai Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi: Ekonomi dan Nonekonomi. Dalam Faktor-Faktor Perumbuhan Ekonomi terdiri atas Sumber Alam, Akumulasi Modal, Organisasi, Kemajuan Teknologi, dan Pembagian Kerja dan Skala Produksi. Sedangkan Faktor Nonekonomi terdiri atas Faktor Sosial, Faktor Manusia, dan Faktor Politik dan Administratif. Untuk lebih jelasnyam pembahasan mengenai Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi: Ekonomi dan Nonekonomi yaitu sebagai berikut :

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi : Ekonomi dan Nonekonomi

      Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia modal, usaha, teknologi, dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan merupakan faktor nonekonomi. Dalam suatu studinya, Professor Bauer menunjukkan bahwa penentuan utama pertumbuhan ekonomi "adalah bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas dan kecakapan, sikap, adat-istiadat, nilai, tujuan, dan motivasi serta struktur politik dan kelembagaan."

Faktor Ekonomi

         Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruh pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini.

1. Sumber Alam
    Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah. "Tanah" sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat. Sebagaimana dinyatakan oleh Lewis, "Dengan hal-hal lain yang sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.
     Di Negara kurang berkembang, sumber alam sering terbengkalai, kurang atau salah pemanfaatan. Inilah salah satu penyebab keterbelakangan itu. Tersedianya sumber alam secara melimpah saja belumlah cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Apa yang yang diperlukan ialah pemanfaatannya secara tepat. Jika sumber alam yang ada tidak dipergunakan secara tepat, negara itu tidak mungkin mengalami kemajuan. J.I. Fisher dengan tepat mengatakan, "tidak cukup beralasan untuk mengharapkan pengembangan sumber alam jika orang acuh tak acuh pada produk dan jasa yang dapat disumbangkan oleh sumber-sumber tersebut." Hal ini disebabkan karena keterbelakangan ekonomi dan langkanya faktor teknologi. Oleh karena itu, sumber alam dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan. Di dalam kenyataan, sebagaiman dikemukakan Professor Lewis, "Nilai suatu sumber alam tergantung pada kegunaannya, dan kegunaannya senantiasa berubah sepanjang waktu karena perubahan dalam selera, perubahan dalam teknik atau penemuan baru. "Pada saat perubahan seperti itu terjadi setiap bangsa dapat mengembangkan dirinya sendiri secara ekonomis melalui pemanfaatan sepenuhnya sumber alam mereka. Inggris misalnya, mengalami revolusi pertanian dengan menerapkan metode rotasi tanaman antara 1740-1760. Begitu juga Perancis, mampu merevolusikan pertaniannya berdasarkan pola Inggris kendati tanahnya kurang subur. Pada pihak lain, negara di Asia dan Afrika belum mampu mengembangkan pertaniannya karena mereka menggunakan metode produksi yang kuno.
    Seringkali dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat terjadi meskipun negara bersangkutan kekurangan sumber alam. Sebagaimana dikemukakan Lewis, "Suatu negara yang dianggap miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap sangat kaya di kemudian hari, tidak saja lantaran diketemukannya sumber-sumber yang tersembunyi, tetapi juga karena penggunaan sumber yang telah diketahui dengan cara baru." Jepang adalah negara seperti itu. Jepang yang kekurangan dalam sumber alam tetapi karena ia berhasil menemukan penggunaan baru sumber-sumbernya yang terbatas, maka jadilah ia salah satu negara termaju di dunia. Dengan mengimpor bahan mentah dan bahan tambang tertentu dari negara lain, Jepang berhasil mengatasi kekurangan sumber alamnya melalui teknologi tinggi, penelitian baru, dan ilmu pengetahuan tinggi. Begitu pula Inggris, berkembang kendati tanpa minyak bumi dan logam non belerang.
     Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut, dan menaikkan perdagangan dalam dan luar negeri negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di negara yang memiliki jalan raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai, pertumbuhan ekonominya akan terdorong maju, seperti yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda.
    Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.

2. Akumulasi Modal
     Faktor ekonomi penting kedua dalam pertumbuhan ialah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini di sebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Professor Nurkse, "Makna pembentukan midal ialah, masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik, dan peralatannya." Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi.
     Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahao yang saling berkaitan: (a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; (b) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki; (c) mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.
     Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produkstif bagi produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti penting khusus bagi negara kurang berkembang (LDC). Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan overhead sosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah penggalian sumber akam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi. Menurut Lewis, laju pembentukan modal di LDC adalah sebesar 5 persen atau kurang, yang harus dinaikkan menjadi 12 sampai 15 persen. Perkiraan Kuznets mengungkapkan, selama pertumbuhan ekonomi modern pembentukan modal bruto di negara maju berkisar di sekitar 11-13 sampai 20 persen atau lebih, sedang pembentukan modal netto adalah dari 6 sampai 12-14 persen.
      Menurut Kuznets, rasio modal output marginal (ICOR = Incremental capital-output ratio; incremental = marginal) juga memainkan peranan penting dalam petumbuhan ekonomi modern. ICOR tersebut menggambarkan produktivitas modal. Perkiraan Kuznets mengungkapkan bahwa sebelum PD I dan antara 1890-1950, ICOR tersebut naik di sembilan negara maju, kecuali Italia. Di Jepang ratio bruto demikian meningkat dari 2,9 menjadi 4,3 di Swedia dari 4,1 ke 5,5 dan di AS dari 5,1 ke 6,5.
     Di pihak lain, ICOR di LDC begitu rendah lantaran kurangnya modal dan rendahnya kapasitas produksi. Di negara seperti itu, rasio modal-output harus ditingkatkan. Tetapi di negara terbelakang padat-penduduk, kenaikan output per kapita berkaitan dengan kenaikan dalam rasio modal-buruh. Negara yang hendak meningkatkan rasio modal-buruhnya harus menghadapi dua problema. Pertama, rasio modal- buruh jatuh karena jumlah penduduk naik. Oleh karena itu, untuk mengatasi penurunan rasio modal buruh, diperlukan jumlah investasi netto yang lebih besar - yang di negara terbelakang hal ini tidaklah mungkin. Kedua, apabila penduduk meningkat dengan kecepatan tinggi, tabungan yang memadai bagi jumlah yang diperlukan untuk investasi sulit dicapai karena rendahnya pendapatan per kapita di negara-negara seperti itu. Walaupun demikian, laju pembentukan modal tersebut dapat dipercepat dengan mendorong tabungan.

3. Organisasi
     Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wirastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko diantara ketidakpastian, Wirastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut Schumpeter, seorang wirastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi). Revolusi industri di Inggris merupakan jasa para wirastawan ini, begitu juga pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 merupakan jasa penyempurnaan kualitas manajemen.
      Tetapi negara terbelakang langka akan tindakan wiraswasta. Faktor seperti kecilnya pasar, kurang modal, ketiadaan milik swasta dan perjanjian, kurang buruh terlatih dan terdidik, tidak tersedianya secara cukup bahan mentah dan fasilitas infrastruktur seperti pengangkutan, tenaga, dan sebagainya, mempertinggi risiko dan ketidakpastian. Itulah sebabnya negara seperti itu kekurangan wiraswastawan. Menurut Myrdal, negara-negara Asia kekurangan wiraswastawan bukan karena mereka kekurangan modal atau bahan mentah tetapi karena mereka kekurangan orang yang memiliki pandangan benar terhadap kewiraswastawan. Orang Jepang memiliki pandangan seperti itu. Tidak heran mengapa Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan termasuk ke dalam kelompok negara maju.
    Di negara maju, karya organisasi telah dipertontonkan oleh perusahaan swasta yang menjelma menjadi perusahaan multinasional sesudah PD II, dan membantu kemajuan ekonomi negara maju maupun negara sedang berkembang.
    Pada pihak lain, setiap negara memainkan peranannya sebagai seorang organisator dalam berbagai bentuk, semenjak Depresi Berat pada 1928-29. Sebelum PD II peranan itu berbentuk modal overhead sosial, dan sesudah perang melebar ke dalam bentuk perusahaan umum.
    Para birokrat pemerintahan di Eropa, Inggris, dan AS misalnya, berangkat dengan program kesejahteraan umum seperti kesehatan masyarakat, jalan raya, jembatan, taman, pendidikan, pengendalian banjir, perlindungan dari kebakaran, dan sebagainya. Sebagian dari pemerintahan tersebut mengambil alih pengelolaan kereta api, pos dan telekomunikasi, tenaga dan gas, dan sebagainya. Inggris menasionalisasi batubara, besi, dan angkutan darat sedang Perancis menasionalisasi angkutan udara, batubara dan pabrik pembuatan kendaraan bermotor Renault dan bus.
    Di negara sedang berkembang, overhead sosial dan ekonomi kebanyakan dijalankan oleh pemerintah pusat, negara bagian, atau daerah. Dan perusahaan umum (negara) diperluas mencakup bidang pertambangan, perkebunan, perdagangan, penyaluran bahan mentah dan kebutuhan pokok, produksi barang modal dan barang konsumen, dan sebagainya.
    Peranan bank seringkali dikecualikan dari organisasi. Bank sebenarnya merupakan lembaga teramat penting yang banyak memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi negara maju. Bank membantu industrialisasi negara Inggris, Eropa, dan AS dalam memberikan bantuan keuangan kepada para wiraswastawan pada waktunya. Tidak saja memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan perorangan tetapi juga memberikan saran mengenai masalah penanaman modal, menolong merekrut tenaga terlatih dan manajer dari negara lain, mengimpor bahan mentah kualitas tinggi untuk mereka, dan bahkan menjualkan produk manufaktur mereka pada tahap-tahap awal. Di Amerika, Eropa, dan Inggris, serta daerah jajahannya, bank juga membantu dalam pengembangan sarana angkutan, pertambangan, dan pengusaha manufaktur.
    Di negara terbelakang, pengembangan pertanian dibantu dengan berbagai cara oleh bank dagang, bank yang sudah dinasionalisasi, bank industri dan trust investasi, termasuk pula yang disokong adalah, industri dan pengangkutan. Sejak 1950, Bank Dunia dan perwakilannya telah membantu mendorong pengembangan berbagai sektor ekonomi di negara terbelakang dengan menyediakan tenaga terlatih, nasihat, dan bantuan keuangan.
    Jadi disamping perusahaan swasta, pengertian organisasi mencakup pemerintah, bank dan lembaga-lembaga internasional yang ikut terlibat di dalam memajukan ekonomi negara maju dan negara sedang berkembang.

4. Kemajuan Teknologi
    Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain.
   Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah penemuan ilmiah atau penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi' penyempurnaan, dan penyebarluasan penemuan yang biasanya diikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumpeter, ia menganggap inovasi (pembaharuan) sebagai faktor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan apa pun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut. Yang kedua ini merupakan yang menciptakan permintaan.
     Di dalam pertumbuhan ekonomi modern, kelima faktor yang disebut Kuznets, berjasa dalam membantu perkembangan teknologi. Revolusi industri Inggris meluas ke seluruh Eropa lewat para pengrajin dan pekerja yang berimigrasi ke negara-negara Eropa. Beberapa orang bisnis Perancis mengunjungi pabrik-pabrik Inggris dan menyelundupkan mesin-mesin ke Perancis kendati ada larangan terhadap ekspor mesin tersebut sesuai dengan perundangan 1828. Pada waktu revolusi industri di Perancis hampir selesai, para bankir dan insinyur berkolaborasi dan menyebarkan teknik-teknik modern ke Jerman, Italia, Swiss, Austria, dan Spanyol. Di pihak lain, industri tekstil Jepang pada awalnya bergerak dari mesin-mesin Inggris yang dibuang. Belakangan ternyata kalau pertumbuhan industrinya terjadi lewat cara meniru teknologi asing. Tetapi setelah PD II, Jepang melakukan inovasi sendiri dan menghasilkan produk berkualitas tinggi di semua bidang dan mengekspornya ke AS, Australia, Kanada, dan negara maju lain.
    Negara sedang berkembang bisa memetik manfaat dari sumber-sumber ilmu pengetahuan di bidang teknologi dari negara maju. Beberapa negara seperti India, Argentina, Meksiko, dan Brasilia, memodifikasi dan menerapkan teknologi negara maju sesuai dengan daya serap dan kebutuhan sosial, ekonomi, dan teknik mereka masing-masing.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi
    Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada sebelumnya. Ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin baru dan berbagai proses baru dalam produksi. Akhirnya, produksi meningkatkan berbagai hal, Akan tetapi, pembagian kerja tergantung pada luas pasar. Luas pasar, sebaliknya tergantung pada kemajuan ekonomi, yaitu seberapa jauh perkembangan permintaan, tingkat produksi pada umumnya, saran transportasi, dan sebagainya. Jika skal produksi luas, spesialisasi dan pembagian kerja akan meluas pula. Alhasil, jika produksi naik, laju pertumbuhan ekonomi akan melesat. Ekonomi eksternal keuangan semakin banyak tersedia dan manfaat dari investasi minmal berkembang biak. Yang dimaksud dengan investasi minimal adalah sumber tenaga, angkutan, dan sebagainya, yang penggunaannya membawa ke arah kemajuan industri. Dengan cara ini produksi meningkat dan pertumbuhan ekonomi kian melaju.
    Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi modern ialah peningkatan luar biasa pada bidang sarana angkutan dan perhubungan. Kemajuan teknologi telah menciptakan jalan raya, kapal, mobil, truk, dan akhir-akhir ini pesawat jet dan supertanker, disamping adanya investasi penghemat biaya seperti terusan Suez dan Panamam atau perkembangan pers, radio, telepon, dan komunikasi telegraf. Beberapa negara maju yang memiliki wilayah geografi luas seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia terbukti dapat memperluas pasar internal dan eksternalnya berkat perkembangan cepat bidang sarana angkutan dan perhubungan.
    Negara terbelakang diketahui tidak mampu memetik manfaat dari pembagian kerja dan produksi skala luas dalam perekonomian ini lantaran pasar yang tidak sempurna. Inilah dia yang menjadi sebab lestarinya pasar mereka tetap kecil.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Faktor Non Ekonomi
    Faktor nonekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Dalam kenyataan, faktor nonekonomi pada umumnya, seperti organisasi sosial, budaya, dan politik, mempengaruhi faktor ekonomi yang dibicarakan di atas. Oleh karena itu, faktor nonekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Nurkse, "Pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang historis." Di dalam pertumbuhan ekonomi, faktor sosial, budaya, politik, dan psikologis adalah sama pentingnya dengan faktor ekonomi. Sebagaimana dikemukakan Prof. Kaldor, pengkajian terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi, di luar analisa faktor ekonomi, membawa kita kepada pengkajian terhadap unsur-unsur penentu yang bersifat pskologis dan sosiologis dalam faktor-faktor ini. Jadi, perubahan terjadi pada faktor nonekonomi yang pokok di bawah ini.

1. Faktor Sosial
     Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan Barat membawa ke arah penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menanamkan semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru dan akhirnya memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi, dan menikmati risiko untuk memperoleh laba. Mereka mengembangkan apa yang oleh Lewis disebut, "hasrat untuk berhemat," dalam rangka memaksimukan output berdasarkan input tertentu 

2. Faktor Manusia
    Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumberdaya manusia saja, tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka. Menurut Kuznets, penduduk Eropa meningkat 433 persen antara 1750-1950 sedang penduduk dunia selebihnya meningkat 200 persen dalam periode itu. Walau penduduk meningkat 5 kali lipat, GNP per kapita negara-negara Eropa dan negara kaya baru itu naik sebanyak sepuluh kali lipat.

3. Faktor Politik dan Adminsitratif'
    Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan ekonomi Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis, merupakan hasil dari stabilitas politik dan administratif mereka yang kokoh sejak abad ke-19. Kecuali Amerika Serikat, negara tersebut terlibat langsung di dalam perang dunia dan hancur berantakan. Namun demikian mereka tetap berderap maju berdasarkan kekuatan politik dan tradisi administrasi mereka.

Demikian pembahasan mengenai Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi : Ekonomi dan Nonekonomi. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
 
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi: Ekonomi dan Nonekonomi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: ekonomisajalah

0 komentar:

Post a Comment